Rabu, 07 April 2010


Mengenal lebih dekat waria taman lawang lokasi dini sangat identik dengan waria yang menjual jasa seks.

Bencong atau waria alias wanita setengah pria dari luar kota terus membanjiri Jakarta. Banyak diantara mereka yang masih cukup mudah belia. Hampir setiap jalanan terutama pada perempatan lampu merah di temukan waria, bukan itu saja waria juga banyak menjadi pelacur jalan.
Kini jumlah waria yang mengadu nasib di ibukota ribuan orang. Aktifitasnya beragam ada yang bekerja di salon kecantikan, pengamen, pegawai butik, dan pelacur jalan.
Wajar saja setiap aparat Tramtib dan Linmas mengadakan razia pelacur jalanan yang sering di temukan kaum waria. Contohnya di Taman lawang (TL), terutama di malam hari kawasan ini belakangan di kuasai kaum waria penjaja seks. Kaum waria di sepanjang jalan berderet-deret menunggu pria berhidung belang.
’Bang mampir donk’ kata Sasya kepada setiap pria yang lewat.
Sasya seorang waria baru berasal dari Aceh datang ke Jakarta dikarenakan orang tuanya memergoki Sasya dengan seorang pria yaitu pacarnya yang bernama Ramon ketika sedang bermesraan di dalam sebuah kamar. Tentu saja Ibunya merasa syok dan merasa tidak pernah memiliki seorang anak yang berkelainan homoseksual.
Sasya sudah memiliki kelainan sejak dia merasakan jatuh cinta kepada sesama jenis. Ia pun tidak pernah percaya bahwa dirinya seorang gay atau penyuka sesama jenis. Dari awal pun dirinya tidak pernah merasakan awalnya jatuh cinta kepada seorang wanita. Ia lebih senang bermain dengan seorang laki-laki dan sampai menyadari bahwa dirinya seorang penyuka sesama jenis.
Setelah beberapa hari dari kejadian itu Sasya alias Irmansyah tidak dipedulikannya lagi oleh orang tuanya. Lama kelamaan Sasya merasa sudah tidak nyaman untuk tinggal di rumahnya lagi yang letaknya berada di Aceh utara, tepat di kota Biren. Lalu ia memutuskan untuk ke Jakarta dan mencari temannya yang berada di daerah pasar rumput yang ternyata berprofesi sebagai seorang waria TL. Dan dari sinilah ia memulai pekerjaannya menjadi seorang waria taman lawang.
Sebenarnya Sasya merasa tidak nyaman menjadi seorang waria karena dia menyadari dirinya bukanlah banci tetapi gay. Dia tidak pernah merasa malu bahwa dirinya seorang gay. Tetapi faktor utama yang membuat dia menjadi waria TL, karena kehidupan begitu kerasnya kehidupan Jakarta. Jikalau ada pekerjaan lain selain menjadi waria TL, rasanya ingin sekali dirinya keluar dari sini.
Di sebutwaria, Sasya bukanlah seorang waria sungguhan. Ia hanya bisa merasakan sesuatu yg spesial dari para lelaki karena didalam dirinya dia merasa seorang lelaki yang penyuka sesama jenis atau gay. Setiap malam, wajahnya pun hanya dibantu dengan riasan makeup temannya yang seorang waria bernama Aisyah alias Joni yang terkenal sebagai waria yang sangat eksis. Demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dia pun rela mangkal di perapatan lampu merah TL Jakarta Pusat. Anak ke 7 dari 7 bersaudara ini mengaku selalu merasa tidak nyaman dengan kondisinya seperti sekarang pun berkata bahwa dirinya sangat iri dengan kakak-kakaknya dan teman-temannya karena mereka bisa meraskan hal yang normal sewajarnya menyukai dan mencintai pasangannya sesui dengan kodratnya sedangkan dirinya tidak.”aku si waria yang masih berumur 18 tahun ini menjadi penjajak seks komersial sebagaimana di akui Chika, waria yang biasa mangkal di kawasan tersebut memang punya kekurangan . waria gak punya ’itu’(alat kelamin wanita), karenanya kita (para waria) menutupi kekurangan-kekurangan itu dengan cara lain. Dan itu ternyata punya daya tarik tersendiri, paparnya penuh arti dalam bahasa mereka: waria gak bisa kasih anak tapi waria bisa kasih enak.
Bila melihat Aisyah sekilas pria bisa jatuh cinta pada pandangan pertama, nyatanya banyak para lelaki yang kesemsem padanya, meski menyadari status sesungguhnya bukanlah wanita tulen.
Ada dua motif utama waria turun ke jalan, menyusuri keremangan malam, mencari pria nakal yang menjadi teman kencan sesaat. Yakni biologis dan ekonomis.
Di taman lawang misalanya banyak waria di kalangan berada dan mempunyai profesi terhormat di siang harinya seperti pekerja salon, penata rias, pemilik butik, bahkan dokter. Mereka mangkal di sana untuk mencari kebahagian atau sedang berkumpul dengan rekan sejenisnya berbagi cerita dan mencari kepuasan.
Sangat disadari,pekerjaan rutinitas mereka ini memiliki penghasilan yang lumayan dibandingkan dengan karyawanteratur dan buruh pabrik dengan penghasilan rata-rata 200 ribu semalam.dalam sebulan bisa di peroleh Rp 5.6 juta.

0 komentar:

Posting Komentar